Mie tidak dapat dipungkiri lagi
merupakan salah satu makanan yang tak pernah absen meramaikan
khasanah kuliner di Indonesia. Diyakini lahir pertama dari Tiongkok,
mie merambah kemana-mana mengikuti orang-orang Tiongkok yang sukanya
juga merantau kemana untuk mencari rezeki. Di Indonesia sendiri
olahan mie bermacam-macam tergantung dari daerah dimana ia berasal.
Salah satu yang sangat “merakyat” adalah mie ayam.
Ya, setelah cukup lama vakum nulis di
blog ini karena inginnya focus skripsi namun apadaya takdir (niat)
berkata lain, untuk itu diri ini akan mulai menulis kembali, dan kali
ini tentang sesuatu yang diri ini sangat sukai yakni mie ayam.
Boleh dibilang mie ayam adalah makanan
sejuta umat di tempat diri ini hidup, yakni di Bantul, salah satu
kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Betapa tidak, menurut
pengamatan yang kurang akademis selama 4 tahun terakhir, diri ini
menyimpulkan bahwa mie ayam menjadi usaha yang banyak dilirik oleh
sebagian masyarakat Bantul yang ingin memulai usaha, apalagi bagi
mereka yang domisilinya di pinggir jalan di Bantul yang selalu
dilewati kaum kaum proletar maupun pelajar dengan uang jajan mepet.
Tak jarang, layaknya persaingan romantic Indomaret vs Alfamart
dimana keduanya susah dipisahkan (jaraknya selalu berdekatan), mudah
pula ditemui warung mie ayam beda merek yang jaraknya cuma 50 meter.
Tentu saja ini menyebabkan banyaknya
varian rasa mie ayam di daerah diri ini tinggal yang menggoda untuk
dicoba satu-satu. Namun setelah intro cukup panjang tersebut, diri
ini akan memulai food blogging edisi perdana special mie ayam ini
dengan mie yang berasal dari kabupaten “sebelah”, yakni Sleman.
Lho kenapa Sleman? Karena tidak semua tindakan butuh alasan (?)
Namanya Mie Ayam Mekaton. Spesialis mie
ayam goreng. Cukup banyaknya review positif mengenai mie ayam ini di
internet membuat diri ini selaku Mie Ayam Hunter penasaran.
Lokasinya sekitar 30 km dari Bantul, tepatnya silakan cek disini ( Lokasi Mie Ayam Mekaton) . Lokasinya berada di pinggir jalan jadi cukup mudah ditemukan
(karena rame juga). Menurut beberapa review di internet, warung ini
buka dari jam 09.00 / 10.00 WIB sampai habis (dan kelihatannya cepat
habisnya.. hahaha). Jadi tentukan sendiri kapan sekiranya anda-anda
sekalian ingin berkunjung.
Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, mie ayam goreng adalah yang special disini yang otomatis
menjadi primadona, meski mie ayam kuah juga disediakan. Warung ini
dalam pandangan saya adalah “warung mie ayam sesungguhnya”,
karena makanan yang dijual disini ya hanya mie ayam, tidak seperti
warung mie ayam kebanyakan yang memadukan dengan bakso bahkan dimadu
lagi dengan soto, bahkan ada pula yang sama sate :v. Tipe warung yang
fokus (hanya jual mie ayam saja) biasanya mempunyai cita rasa yang
khas dan kuat, sehingga memiliki pelanggan setia. Ambil contoh mie
ayam Tumini (Giwangan) yang konon katanya mampu menjual 1000 mangkok
sehari (catatan : terakhir diri ini kesana hanya jual mie ayam saja,
entah bagaimana sekarang).
Saat datang pertama kali cukup kaget
karena semua mja benar-benar penuh pelanggan. Sempat khawatir pula
pelayanannya akan lama mengingat banyaknya pelanggan, namun ternyata
hal tersebut tidak terjadi. Sekitar 6-7 pekerja yang ada di dapur
menjadi alasannya. Agaknya warung ini sudah mengantisipasi jumlah
pelanggan, hal ini jelas patut diapresiasi. Para pekerja pun mencatat
dengan baik setiap pesanan (well tidak semua mie ayam “pinggir
jalan” melakukan hal ini, kebanyakan memorizing) sehingga
tidak ada yang terlewatkan.
Suasana Mie Ayam Mekaton yang penuh pengunjung
Diri ini akhirnya memutuskan untuk
memesan 1 mie ayam goreng dan air putih (salah satu trik saya untuk
mengukur tingkat “kebaikan” suatu warung). Wujud mie ayam ini
layaknya doktrinasi Indomie Goreng, bahwa mie goreng ya harus coklat
kehitaman, pakai kecap hahaha. Tampilannya mirip seperti mie ayam
goreng kebanyakan, mie, ayam, dan sayur hijau, serta taburan. Untuk
mie yang dipakai adalah mie sedang-besar, potongan ayam dadu-kasar,
sayur hijaunya berbeda yakni sawi putih, ketika kebanyakan
menggunakan sawi hijau (kalian) dan taburannya bukan potongan daun
bawang selayaknya mie ayam wonogiri tetapi bawang merah goreng dan
bawang putih goreng. Perfect topping combination !. Baunya
menjadi sangat harum, very good fist impression!. Pertama diri
ini mencoba mienya. Manis gurih! Itulah rasa yang muncul ketika
mengunyah mie nya. Untuk tekstur sendiri menurut lidah diri ini, 80 %
aldente, kalau merebusnya agak lebih lama sedikit pasti akan
pas. Ayam menjadi target selanjutnya, dan lagi, manis menjadi rasa
yang muncul. Teksturnya pun empuk, oishi !. Untuk sawinya
sendiri agak sedikit overcooked tapi tak apalah. Dan ketika
memakan semuanya bersamaan, lidah mendapat rasa manis gurih namun
tidak terlalu kuat. Ya bisa dikategorikan mie ayam goreng ini rasanya
manis “ringan”. Perpaduan bawang merah-putih goreng memberikan
aroma yang lezat !
Penampakan Mie Ayam Gorengnya
Untuk penunjang mie ayam, selayaknya
yang lain, anda akan menemui sambal, kecap, saos, dan kerupuk. Juga
ada ceker dan kepala ayam pula disini. Namun diri ini hanya mencoba
sambal dan kecapnya saja. Sambalnya sendiri adalah sambal matang
dengan cukup banyak minyak,dan ketika dicicipi, lagi-lagi rasa manis
yang saya dapat, meskipun setelah itu muncul sensasi pedasnya.
Dimakan bersamaan dengan mie membuat cita rasa baru yang tidak
terlalu merusak rasa mie meski bumbu mie terasa “ringan”. Akan
tetapi memang, minyak sambalnya membuat lidah kurang nyaman. Lalu
untuk kecapnya sendiri, diri ini berpendapat inilah rahasia rasa dari
mie ayam goreng Mekaton. Kecapnya kental, berarti tidak ditambah air
(beberapa warung menambahkan air ke kecap agar kuantitasnya bertambah
dan dengan kata lain, irit). Rasa kecap pun hampir mirip dengan rasa
manis gurih pada mie ayam. Jadi bagi anda yang suka manis dan merasa
rasa manis mie kurang nendang,kecap ini adalah solusinya !
Sambal Pedas Manis yang menjadi pelengkap
Selesai makan, uang yang harus
dikeluarkan untuk mie ayam goreng + air putih adalah Rp.9.500, dengan
rincian mie ayam goreng Rp.9.000 dan air putih Rp.500. Untuk menu
lain yakni mie ayam kuah harganya sama Rp. 9.000 dan minuman
(teh/jeruk) 2.000. Parkir motor Rp. 1000. Cukup murah memang, meski
tidak dapat dipungkiri popularitasnya membuat harganya berada sedikit
diatas kisaran normal (biasanya mie ayam goreng Rp. 8.000).
Setelah mencoba dan merasakan sendiri
keunggulan yang banyak ditulis oleh reviewer lain, ada
beberapa poin yang diri ini rasa menjadi titik lemah. Pertama adalah
jumlah ayamnya. Jika dibandingkan dengan warung lain, di Bantul
terutama, jumlah ayamnya sedikit. Tidak heran mengingat
popularitasnya membuat si pemilik warung berusaha mendapat keuntungan
lebih dengan modal sedikit. Akan tetapi hal ini ditutupi dengan rasa
yang memuaskan. Kedua, kebersihan tempat. Ini menjadi problema umum
kebanyakan mie ayam pinggir jalan. Banyak lalat yang ditemui ketika
diri ini makan di tempat tersebut. Tentu harapannya kedepan bisa
bebas lalat layaknya Pringsewu hahaha. Ketiga adalah minyak
sambalnya. Pada kasus sambal matang tidak dapat dipungkiri bahwa
minyak adalah key ingredient-nya. Namun jumlahnya yang cukup
banyak membuat tekstur mie yang sudah kering menjadi klomoh
(berminyak-jawa).
Yups, time for scoring dan nilai
untuk Mie Ayam Mekaton adalah 85 !! Recommended bingits !
Apalagi bagi kalian yang menyukai rasa manis, mie satu ini pantas
jadi acuan !