Sudah menjadi
fenomena yang banyak diketahui dan dibahas oleh khalayak umum bahwa industri
hiburan Korea Selatan menjadi salah satu yang paling mendapat perhatian di
dunia saat ini. Banyak pengamat mengatakan perkembangan dimulai dari booming-nya drama Korea di Tiongkok yang
kemudian berlanjut di negara tetangga lain yakni Jepang bahkan hingga Asia
Tenggara. Bahkan di Eropa dan Amerika pun juga tertarik. Kemudian berkembang
pula salah satu industri yang sangat digemari oleh masyarakat dunia adalah
musik Korea(terutama musik pop) , atau yang lebih dikenal dengan K-pop. Melalui
penyanyi-penyanyinya, baik yang solo maupun grup (boy/girlband), lagu-lagu
Korea mulai mendapat tempat dalam chart-chart
musik dunia. Contohnya adalah girlband Wonder Girls’ melalui lagu Nobody pada tahun 2009 berhasil masuk
100 besar chart Billboard.[1]
Selanjutnya produk-produk hiburan lain pun berkembang mengikuti langkah kedua
industri diatas.
Melihat bagaimana berkembangnya
industri hiburan Korea sekarang ini tidak akan bisa lepas dari sejarah masa
lalu. Memang pada masa lalu, terutama di era militer, industri yang diutamakan
adalah manufaktur, namun bukan berarti hiburan tidak mendapat hiburan.
Pemerintahan militer melakukan rekstriksi terhadap media dan hiburan asing
serta mendorong media domestik untuk mengembangkan produk-produknya. Setelah era
militer, industri hiburan tidak hanya semakin memperkuat diri di rumah sendiri,
namun juga diperluas ke negara tetangga dan kemudian menyebar ke dunia hingga
sekarang. Pertanyaannya, akan sampai kapan industri hiburan Korea Selatan ini
bertahan di internasional ?
Jelas bukan pertanyaan yang mudah
dijawab. Perlu melihat dari segala sisi untuk menganalisis lamanya masa hidup
industri hiburan Korea di dunia. Namun paling tidak ada 3 hal yang bisa kita
lihat, yang selama ini menentukan kesuksesan industri ini, yaitu : konsumen,
pemerintah, dan infrastruktur pendukung.
Jika kita ingin menjual suatu produk
sudah pasti kita harus mencari konsumen. Banyak sedikitnya konsumen akan
menentukan kelangsungan produk tersebut. Industri hiburan Korea mempunyai konsumen
yang sangat menjanjikan. Untuk konsumen domestik sudah tidak perlu
dipertanyakan lagi. Di luar negeri, konsumen utama banyak berasal dari Asia
Timur dan Asia Tenggara, dan cukup mendapat tempat juga di benua Eropa dan
Amerika. Secara jumlah mungkin tidak besar, namun segmen yang dituju memberikan
potensi yang berbeda. Ya, kawula muda merupakan segmen yang paling banyak
menjadi konsumen dari industri hiburan Korea. Apa yang ditawarkan para remaja
pecinta K-pop dan produk-produk lain adalah kecintaan mereka yang tinggi, dan
terkadang berlebih sampai fanatik. Mari kita lihat contoh berikut ini : 1. Dari
Korea Selatan, salah satu boyband yang sedang naik daun, EXO, akan mengadakan
konser tunggal pada akhir Mei nanti. Tiket dijual pada 16 April lalu dan menciptakan
rekor yang mencengangkan, karena habis dalam waktu 1,47 detik, luar biasa.[2] 2. Di
Indonesia, tahun lalu dikunjung salah satu girlband papan atas Korea Selatan,
yakni Girls’ Generation (SNSD), yang akan mengadakan konser bertajuk World Tour. Hampir sama dengan EXO,
beberapa kategori tiket habis dalam waktu hanya 5 menit. [3] Dari
dua contoh diatas dapat kita lihat betapa luar biasanya fans-fans dari para
artis Korea. Tak hanya konser, banyak diantara mereka yang membeli merchandise,
CD ataupun barang-barang lain yang terkait dengan idola mereka. Pendapatan yang
diperoleh jelas mampu menyokong industri hiburan untuk terus mengembangkan
usahanya.
Selanjutnya adalah pemerintah
melalui kebijakan-kebijakannya. Baik secara langsung maupun tidak, banyak kebijakan
dibuat untuk menyokong industri hiburan Korea. Era Kim Dae-jung menjadi salah
satu pemerintahan yang menancapkan tonggak penting dalam perkembangan industri
tersebut. Presiden Kim membuat banyak kebijakan-kebijakan untuk memajukan
budaya Korea karena setelah krisis, dibutuhkan alternatif baru untuk kembali
membangkitkan ekonomi yang sudah terpuruk. Pengembangan Kementrian Kebudayaan,
fasilitasi arus modal, membentuk organisasi-organisasi khusus untuk mendukung
penyebaran budaya merupakan beberapa contoh kebijakan yang dibuat oleh Presiden
Kim. Selain itu pemerintah memberikan subsidi-subsidi ke beberapa industri
hiburan. Misalnya saja subsidi ke ekspo-ekspo maupun konser musik bekerja sama
dengan entertaintment agencies lokal
seperti SM Entertaintment, Star Kingdom, dan Cube Entertaintment. [4]
Pemerintah juga membantu mempermudah sistem distribusi melalui organisasi
pendukung tadi, seperti misalnya Korea
Record Center Network (KRCNet) yang merupakan investasi gabungan pemerintah
dengan 15 studio rekaman.[5]
Terakhir adalah infrastruktur
pendukung, yang sebenarnya berkaitan erat dengan pemerintah karena mereka juga
yang membuatnya. Salah satu infrastruktur yang mendukung industri hiburan Korea
adalah internet. Seperti yang sudah banyak diketahui, internet Korea Selatan
adalah yang tercepat koneksinya di dunia. Masyarakat mereka pun sangat melek
terhadap teknologi karena dianggap akan sangat menunjang pendidikan. Hebatnya
internet Korea tidak lepas dari rencana besar pemerintah yang memang juga ingin
memajukan industri teknologi informasi. Dimulai dari sebelum krisis yakni 1996,
setahap demi setahap Korea mulai memajukan internet melalui memajukan internet
melalui Cyber Korea 21, e-Korea Vision 2006, Broadband IT Korea Vision dan U-Korea Master Plan , dengan sasaran
menciptakan lingkungan yang berbasis teknologi informasi, baik masyarakat
maupun pemerintah, sekaligus mampu menyediakan akses internet yang terjangkau
dan cepat. Industri hiburan pun mendapatkan keuntungan dengan adanya basis
internet yang cepat. Musik misalnya menempatkan produknya sebagai konten-konten
dalam beberapa situs terkenal di dunia maya, sehingga mempermudah akses orang
yang tidak bisa melihatnya melalui media lain seperti televisi. Youtube, situs
penyedia video menjadi lahan bagi musik K-pop. Ingat PSY? Melalui 2 video klip
musiknya, dia memecahkan rekor-rekor di Youtube. Mengalahkan penyanyi-penyanyi
dari Barat yang selalu menjadi idola, video “Gangnam Style” menjadi video
pertama di dunia yang ditonton oleh 1 miliar pengakses situs Youtube.[6]
Rekor lain yang diciptakan video ini adalah menjadi video yang paling banyak
disukai dengan jumlah sekitar 2 juta yang mengklik “Like”.[7] Tak
hanya itu, selama 31 minggu berada di chart
dunia Billboard, lagu ini mampu mencapai posisi 2.[8]
Sungguh pencapaian yang fantastis. Video klip selanjutnya, “Gentleman” berhasil
mencatat rekor sebagai video dengan penonton terbanyak selama 24 jam setelah
pertama kali diunggah dengan 38 juta penonton.[9]
Di chart Billboard, peringkatnya tidak sebagus “Gangnam Style” karena hanya
berada di peringkat 5.[10]
Namun industri yang benar-benar didukung karena cepatnya internet ini adalah industri
game online. Korea Selatan memang dikenal sebagai rajanya game online. Wajar
dengan cepatnya internet, mempermudah para pengembang game untuk menciptakan
game-game baru. Laporan yang ditulis oleh KOCCA (Korean Creative Content Agency) pada 2013, memperlihatkan bahwa ekspor untuk game
online pada tahun 2012 saja sudah mencapai 2,4 triliun dollar Amerika.[11]
DFC Intelligence, salah satu lembaga
yang mengamati perkembangan teknologi hiburan, memperkirakan bahwa di 2016
nanti, industri game online Korea akan meledak hingga mencapai pendapatan lebih
dari 5 triliun dollar Amerika.[12]
Sebuah peningkatan yang luar biasa hanya dalam waktu 4 tahun saja dan jumlah
tersebut jelas bukan jumlah yang sedikit.
Bisa dilihat bagaimana 3 hal tersebut
menjadi penyokong yang kuat bagi menyebarnya industri hiburan Korea. Kehilangan
satu saja akan membuat industri ini goyah. Kehilangan semuanya sangat mungkin
berarti bahwa saat itulah industri hiburan Korea akan sulit bertahan di dunia.
Barat masih menjadi kompetitor yang kuat, negara tetangga seperti Jepang dan
Tiongkok pun tidak bisa dianggap remeh. Bagaimana industri ini mampu menjaga 3
elemen diatas agar selalu mendukungya, akan menjadi kunci penting untuk
menjawab sampai berapa lama akan bertahan dalam industri hiburan dunia.
[1]
Doobo Shim, “Waxing the Korean Wave”,
2011, hal. 15
[2] “Tiket Konser EXO Habis Terjual Tak
Sampai 2 Detik” diakses dari http://www.kpopchart.net/2014/04/tiket-konser-exo-habis-terjual-tak.html
pad tanggal 10 Mei 2014
[3]
“[News] Hanya Dalam Waktu 5 Menit,
Tiket Konser Girls' Generation di Jakarta Habis Terjual” diakses dari
http://www.kpopchart.net/2013/08/news-hanya-dalam-waktu-5-menit-tiket.html#axzz31PQ8bCTk pada tanggal 11 Mei 2014
http://www.kpopchart.net/2013/08/news-hanya-dalam-waktu-5-menit-tiket.html#axzz31PQ8bCTk pada tanggal 11 Mei 2014
[4]
MCST Korea Selatan dalam tulisan Seung-Ho Kwon & Joseph Kim, “The cultural industry policies of the Korean
government and the Korean Wave”, 2013 hal 12
[5]
Ibid
[6]“Gangnam Style capai rekor satu miliar” diakses dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/12/121222_ganganmstyle_capai_1miliar.shtml
pada tanggal 11 Mei 2014
[7]
“Gangnam Style Pecahkan Rekor Dunia Guinness” diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2012/09/24/112431473/Gangnam-Style-Pecahkan-Rekor-Dunia-Guinness
pada tanggal 10 Mei 2014
[8]
Chart history artist PSY, diakes dari http://www.billboard.com/artist/277142/psy/chart
pada 11 Mei 2014
[9]
Deliusno,”Psy kembali pecahkan rekor” diakses dari http://tekno.kompas.com/read/2013/04/23/11530121/Psy.Kembali.Pecahkan.Rekor.YouTube
pada tanggal 11 Mei 2014
[10]
Chart history artist PSY, diakes dari http://www.billboard.com/artist/277142/psy/chart
pada 11 Mei 2014
[11]
KOCCA,”Guide to Korean Games Industry and
Culture, White Paper on Korean Games”, 2013, hal 7
[12]
Ben Strauss, “ Korean games market projected to hit $5 billion by 2016” diakes
dari http://www.gamesindustry.biz/articles/2012-04-26-korean-games-market-projected-to-hit-USD5-billion-by-2016-say-analysts
pada tanggal 10 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar