Matikan televisi, sebuah hal yang tepat dilakukan ketika konten televisi sekarang yang ya, kalian tahu sendiri lah, kalau dibilang busuk terlalu kejam juga ya, kita pake istilah "menjamah kelas menengah ke bawah" atau "kelas C" (malah lebih busuk?)
Mungkin beberapa diantara kalian sudah ada yang membaca tentang 10 sinetron yang menurut KPI tidak layak tonton ? (jika belum silakan lihat di link ini : https://id.berita.yahoo.com/kpi-10-sinetron-ini-tak-layak-tonton-081847047.html ). Nah sebenarnya itu mewakili hampir (atau memang) semua konten sinetron di Indonesia (huft sedih). Belum lagi tontonan lain macem YKS masih hidup, dan beberapa acara remake yang ya, masih saja dikemas dengan cara lama untuk membuat orang menjadi "kaya" sesaat..
Nah nah kembali lagi ke paragraf awal, setelah mengetahui kenyataan ini semua, masihkah layak nonton televisi Indonesia? Ya bagi masyarakat kelas menengah ke bawah (atau ke bawah lebih banyaknya) televisi menjadi salah satu hiburan yang paling mudah di akses. Lalu bagi oang yang merasa menengah ke atas, yang merasa terdidik apa harus nonton televisi Indonesia ? Bagi beberapa orang mungkin lebih memilih menonton tayangan asing, tapi bagi saya, siapapun yang merasa terdidik dan peduli harus tetap mau menonton televisi Indonesia.
Sekedar menonton? tentu tidak. Jadilah pengamat. Amatilah apa yang ada di tayangan televisi kita yang mungkin hina. Amatilah sehingga kita tahu apa yang salah, apa yang tidak mendidik, apa yang sekiranya kurang pas bagi masyarakat dan tentunya generasi masa depan, adek-adek kita. Memang ada KPI yang mengawasi tapi menurut saya konsumen tetap memegang peranan penting dalam media. Sebagai konsumen harus cerdas, dan konsumen yang baik tidak hanya memedulikan dirinya sendiri, apalagi sesuatu yang dikonsumsi ini berpengaruh terhadap otak banyak orang. Ibarat orang berdagang, orang bisa menjual sesuatu yang memang benar-benar dibutuhkan konsumen, atau orang membuat konsumen seolah menginginkan barang yang mereka jual, yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Lalu kalau televisi Indonesia yang mana? Bisa jadi keduanya. Namun dari keduanya konsumen memegang peran penting. Yang pertama, kelangsungan suatu acara yang dibutuhkan bisa berakhir karena yang membutuhkan sudah tak ada (meskipun ini tergantung pemilik medianya juga). Yang kedua, nah ini konsumennya harus pintar-pintar, mau di"permainkan" televisinya atau menjadi yang mempermainkan televisi (wesyeet). Ini memang susah, tapi bisa saja konsumen menguasai televisi dengan menentukan apa yang ingin mereka lihat.
Caranya bagaimana, ya pertama beli TV dulu lalu nonton televisi jakarta yang mengudara nasional, lalu kasih lah kritik dan saran. Ini simple, tapi penting lho. Apalagi kalau kritik dan sarannya bejibun udah gitu diomong-omongin di socmed. Wah pasti bakal berdampak banyak. Ingat kasus sinetron jiplak di ercetei yang sempat rame bahkan dari Koreanya mau dateng? ya more or less itu salah satu bentuk saran. Tapi kan di setiap acara ada "kotak" kritik dan saran. Nah manfaatkanlah itu. Meski kadang tidak diguburis, jangan menyerah dengan kepedulian kalian. :)
Cara yang lain? beli medianya.. buahahahaha.. :v ya dimulai dari me-literasi orang sekitar kita, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap media. Hal yang paling mudah dimulai dari lingkup keluarga. Tidak perlu juga sampai melarang anak melihat televisi karena itu haknya. Temanilah ketika ada simbol (BO) di tayangan itu. Alihkan ke hal-hal lain jika ada simbol (D), atau jika anak memaksa beri pengertian. Lalu kalau ga da simbolnya? Ya ditemani lah dan dijelaskan itu konten maksudnya bagaimana, cocok tidak untuk dia, berikan alasan yang bisa diterima dan tidak ambigu serta mistik (eh).
Cara yang lain? beli medianya.. buahahahaha.. :v ya dimulai dari me-literasi orang sekitar kita, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap media. Hal yang paling mudah dimulai dari lingkup keluarga. Tidak perlu juga sampai melarang anak melihat televisi karena itu haknya. Temanilah ketika ada simbol (BO) di tayangan itu. Alihkan ke hal-hal lain jika ada simbol (D), atau jika anak memaksa beri pengertian. Lalu kalau ga da simbolnya? Ya ditemani lah dan dijelaskan itu konten maksudnya bagaimana, cocok tidak untuk dia, berikan alasan yang bisa diterima dan tidak ambigu serta mistik (eh).
Apa yang diutarakan adalah cara menjadi konsumen (untuk televisi penonton tepatnya) yang pintar. Simple sih makanya diterapkan ya.. hehehe.. Ya mungkin tulisan diatas juga simple dan mungkin kurang memuaskan, tapi intinya tetaplah tonton televisi Indonesia karena kalau bukan kalian yang peduli, siapa lagi? kalau bukan kalian yang akan mengubah siapa lagi? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar