Senin, 30 Maret 2015

Acara Dari Antah Berantah, Roda Mahabarata, Drama Korea dan Telenovela

(sumber gambar : http://www.updatedulu.com/wp-content/uploads/2014/11/Lagu-Opening-Mahabharata.jpg)




Kalian tahu kenapa di era 90-an dan awal 2000-an, acara-acara kartun, anime dan drama-drama luar negeri banyak mengisi televisi swasta Jakarta dibanding sekarang? Alasannya simpel, saat itu televisi swasta baru saja berkembang karena belum lama berdiri, dan uang yang mereka miliki belum cukup untuk memproduksi acara sendiri demi memenuhi sekitar 20 jam waktu tayang. Nah "membeli" tayangan dari luar negeri, yang sudah "lapuk" alias tayangnya sudah lama di negara asalnya, lebih murah dibanding memproduksi acara sendiri.


Nah, televisi swasta berkembang begitu pesat dari segi ekonominya, terutama karena sokongan iklan begitu kuat. Karena itu, mereka mampu memproduksi sendiri acara mereka, terlepas dari kualitasnya yang masih banyak yang kurang. Akibatnya televisi mulai mengurangi acara dari luar dan mengedepankan produk dalam negeri. Di sisi lain,kita pun akan semakin lama melihat iklan dibanding durasi acaranya sendiri.


Tetapi tentunya acara dari luar negeri masih dipakai, terutama yang menghadirkan keuntungan. Namun sekarang roda kembali berputar, yakni ada upaya untuk "menghidupkan" kembali cara lama. Mungkin karena banyak yang menulis di internet tentang "enaknya/bagusnya acara televisi 90-an" dilihat sebagai peluang. Nah cara ini jelas merupakan suatu ajang taruhan sebenarnya, namun ternyata kenyataannya cukup sukses dengan sedikit perubahan. ANTV misalnya menghadirkan kembali nuansa India/Bollywood, yang dulu sempat jaya pula di TPI. Tidak sekedar menghadirkan serial televisinya, ANTV berani menghadirkan langsung ke tanah air pemeran dari serial Mahabarata, yang begitu booming dan menjadikan stasiun televisi milik keluarga Bakrie ini sebagai pesaing yang tak bisa dianggap remeh lagi oleh grup MNC. Shaheer Sheikh dan kawan-kawan menjelma menjadi artis baru yang dielu-elu, bahkan oleh anak-anak SD,"menyaingi" artis nasional.

Di sisi lain sebelum ANTV mendobrak melalui Mahabarata, sebelumnya juga ada upaya dari Indosiar dengan menayangkan drama Korea yang terkenal, yakni "Full House". Dan berhasil. Full House muncul ketika televisi-televisi mulai punya dana untuk memproduksi sinetron sendiri sebenarnya, setelah ada upaya meninggalkan drama-drama India dan Mandarin. Akan tetapi seingat saya, belum ada saingan bagi Indosiar saat itu (benarkan kalau salah). Nah, RCTI, yang menjadi "Rajanya Opera Sabun" setelah Indosiar "lengser" pasca Tersanjung berakhir, juga melirik drama Korea. "Boys Before Flower", saudara dari "Meteor Garden" akhirnya sukses pula. Belum lama tren ini kembali dipakai RCTI nyatanya masih tetap sukses.

Dari daratan Asia Timur lain, yakni Mandarin (Taiwan maupun Tiongkok, meski kebanyakan Taiwan), juga pernah meramaikan jagad drama di televisi swasta kita. Namun sekarang, drama Mandarin agaknya kurang dilirik.

Jauh meninggalkan Asia, dari Amerika Latin kita kenal Telenovela. Untuk telenovela saya anggap cukup komplit. Maksudnya telenovela yang ditayangkan tidak hanya untuk remaja maupun dewasa saja, tetapi juga untuk anak-anak. Masih ingat Rosalinda, Betty La Fea, Amigos, Carita de Angel? Nah yang cukup mengejutkan adalah kemarin siang menjelang sore, ketika iseng pindah saluran ke RCTI (padahal biasanya nonton acara "sehat"nya Trans 7). RCTI mencoba menghadirkan kembali telenovela. Saya tidak tahu apa judulnya, yang jelas ini memperlihatkan upaya televisi ini untuk bertaruh, kembali ke era lama, mungkin juga meniru keberanian ANTV. Padahal pada jam-jam tersebut, RCTI biasanya menayangkan FTV yang saya kira, sudah mendapat tempat di hati remaja-remaja putri yang baru pulang sekolah. Atau bisa saja, ini adalah cara RCTI untuk menghindari persaingan langsung dengan SCTV, yang dengan Kadek Devi-nya tak henti menayangkan FTV dengan judul nyleneh namun ending sama.

Kembali lagi ke Asia, inilah yang banyak dirindukan oleh mereka yang menyebut diri "manusia 90-an", Anime. Saya sendiri juga termasuk ke dalamnya sebenarnya. (mueehehehe). Anime, tidak seperti acara asing yang sudah saya sebutkan, akan cukup sulit kembali ke kejayaannya di televisi swasta Jakarta. Kenapa? Anime lebih menjamah penonton anak-anak atau remaja. Ini berbeda dengan drama yang ditonton juga oleh ibu-ibu. Sedangkan anak-anak atau remaja, kemungkinan besar lebih memilih mengakses anime melalui internet, karena lebih up-to-date. Cukup mustahil bagi televisi kita untuk membeli anime yang baru tayang di Jepang sana. Nah untuk drama, bagi remaja memang mereka biasa mengakses via internet, tetapi bagi ibu-ibu saya yakin sebagian besar masih menikmati tayangan drama lewat televisi. Alasan lain adalah adanya upaya untuk memajukan animasi dari dalam negeri. Mungkin ini dipicu juga dengan suksesnya "Upin Ipin" maupun "BoboiBoy" yang merupakan produk dari negara tetangga, Malaysia. Agar tak kalah, tentunya animator kita harus diberi ruang untuk menampilkan karyanya. Slot waktu yang biasanya untuk anime pun, digunakan untuk produk lokal.


Terlepas dari apakah acara asing ini baik atau tidak, yang jelas acara asing sering dianggap lebih baik dibanding produk dalam negeri. Ini harusnya menjadi acuan agar televisi swasta mampu menciptakan acara yang tidak sekedar cari rating. Ya meskipun ini sulit, saya rasa masih ada sedikit kepedulian dari pemilik maupun pengelola media televisi Jakarta untuk memberikan tayangan edukatif. Boleh dibilang selama jam 13.30 hingga jam 15.00 Trans 7 masih menghasilkan Unyil dkk, harapan itu selalu ada.

Minggu, 29 Maret 2015

Marni-Marno : BBM Naik, Presiden Turun

Pagi itu seperti biasanya, Marni sedang menyeduh teh untuk disajikan ke suaminya, Marno, yang bersiap ke kantor. Teh yang diseduh bukan teh celup, namun bukan itu yang penting. Sambil duduk-duduk di ruang makan, Marno membaca koran pagi. Headline-nya terpampang "Siapkan Dompet Anda, Premium dan Solar naik lagi".

"Ealah pak, BBM e mau naik lagi?", kata Marni sembari meletakkan teh di meja. 

"Iya ki bu, gawat, bapak harus nyari jalan alternatif nih kalau mau kerja", jawab Marno sambil nyruput macam bintang iklan Sariwangi.

"Wee, lha kenapa pak? Biar hemat bensin gitu", balas Marni, yang sekarang memegang sapu.

"Bukan bu, sudah hampir pasti to kalau bapak berangkat kerja lewat jalan itu, Jalan Adisucipto, kan itu macam panggungnya mahasiswa buat demo bu. Lah ini ada berita BBM mau naik ya momen enak bu buat demo, tolak kenaikan BBM turunkan presidennya. Kayaknya yang lagi ngetren sekarang begitu bu", kembali Marno menyeruput teh yang tak terlalu manis itu.

"Iyo e pak, kemarin ibu liat-liat di Facebook juga, banyak temen-temen ibu yang itu, bagi-bagi berita begitu, yang demo menolak BBM naik dan menuntuk presidennya turun. Ada yang membagi artikel gitu pak, yang katanya janji pemerintah masih belum terlaksana. Ibu sih ga baca pak, lha wong pas mau baca kuota internetnya habis, hehehe" tawa Marni sambil mengadahkan tangan, pertanda uang jatah untuk beli pulsa internet harus mendarat dengan segera.

"Ealah, bojoku iki gaul tenan, mainannya Facebook toh. Hahahaha. Tapi kok teman-temanmu di Facebook hebat-hebat ya, membagi-bagi berita yang begitu, peduli berarti sama nasib negara kita, dan ingin membagi masalah agar semua tahu dan memikirkannya bersama", tutur Marno sembari membaca koran, berpura-pura tidak melihat gelagat Marni yang minta pulsa. Untungnya Marni tidak lagi di kantor polisi.

"Teman-teman Marni di Facebook kan kalangan intelektual pak, mereka dulu pas kuliah juga keren-keren begitu kalau ngomong. Ga kayak Marni bisanya senyum-senyum" timpuk Marni, belum menyerah dengan upaya minta pulsanya. "Tetapi pak, apa iya nek BBM naik terus menurunkan presiden itu menyelesaikan masalah? Apa nek janjinya belum terpenuhi lalu kudu diganti? Lah  nanti kalau yang baru cuma bikin janji baru gimana?"

"Tetapi senyummu itu menawan lho Mar, hehehe" rayu Marno yang berhasil menurunkan tangan Marni, "Nah masalah itu mari dilihat secara perlahan-lahan. Bapak memang ndak sepinter temen-temenmu di FB tetapi ini jawaban bapak. Tentunya dalam menyikapi kenaikan BBM ini jangan selalu terfokus pada bagaimana mengganti yang diatas agar ke bawahnya ikut diganti. Demo-demo macam ini kan sudah ada sejak jaman pak SBY dulu to bu. Jadi kalau sekarang masih pakai yang sama ya nggak kreatif ini. Selain presiden, pasti ada faktor-faktor lain yang membuat BBM menjadi naik. Kalau dari koran sih katanya karena Rupiah melemah dan harga minyak cenderung naik. Tetapi lagi-lagi ini dikaitkan sama presiden. Pak Presiden memang menjadi pemangku pemerintahan, eksekutif utamane, tetapi menurunkan presiden yang sekarang dan menggantinya yang baru tentu beresiko mendatangkan permasalahan yang baru juga to bu?"

"Jadi bapak malah lebih dukung presiden begitu?" tanya Marni yang sekarang menari bersama sapunya.

"Bukan masalah dukung tidak mendukung bu, tetapi bapak masih melihat kecenderungan sentralistik dari protes terhadap kenaikan BBM. Maksudnya begini bu, kan dulu reformasi muncul karena keberhasilan menggulingkan presiden, hingga akhirnya mengubah segalanya di negeri ini, kecuali cintaku padamu, hehehe, nah pola semacam ini masih banyak dipakai oleh para pemrotes, yakni turunkan saja sentalnya, poros utamanya, dan dalam ini presiden masih dianggap poros utama tersebut." lanjut Marno.

"Ooooo", angguk Marni.

"Nah masalah kenaikan BBM kan kompleks sebenarnya, faktornya baik dalam maupun luar negeri. Jangan minta bapak buat jelasin, bapak ngomong kayak tadi aja udah pusing. Hahaha. Nah masalah janji, ya namanya janji, apa lagi janji politik ya memang fungsinya buat membuai masyarakat to? Tetapi memang bapak juga berharap janji bisa ditepati, tetapi kan semua butuh waktu. Sama kayak bapak dulu, waktu mau nglamar ibu kan juga ngasih janji-janji to biar ibu terpikat ? Hehehe." celetuk Marno yang mencoba memori indah masa lamaran dulu.

"Eh iya pak, ibu jadi ingat dulu bapak janji mau beliin mobil, mana hayo?" balas Marni sambil mencubit suaminya.

"Lah kan tadi bapak bilang, pemenuhan janji butuh waktu, termasuk beli mobil bu", jawab Marno, lelaki memang selalu pintar membuat alasan.

"Huuu, lha terus pak kalau sampai pak presiden sekarang belum bisa memenuhi janjinya sampai nanti habis masa jabatan hanjuk pye ?"

"Bapak inget dulu pas kuliah diajari yang namanya continuity and changes. Ada keberlanjutan dan juga perubahan. Kalau memang program-program maupun rencana pemerintah yang sekarang bagus, ya memang seharusnya dilanjutkan ke pemerintahan selanjutnya meski sudah ganti presidennya. Tetapi ya kita juga cuma bisa berharap bu, kan pemimpin juga punya gengsinya sendiri. Siapa tahu penggantinya besok malah ga mau melanjutkan program yang dijalankan pemerintahan sekarang. Hahahaha" tutur Marno, yang kemudian tersadar teh nya habis.

"Wealah bojoku iki lho, esuk-esuk wes ngomong ngalor-ngidul, kata-katanya sok intelek kayak redaktor surat kabar wae. Hehehe. Lha terus bagaimana kita menyikapi pak? Opo yo mung terima begitu aja?"tanya Marni.

"Yah bapak juga bingung bu, ya berusaha sebisanya lah memperbaiki diri sendiri dulu, keluarga, lingkungan sekitar baru terus begitu sampai ke tingkat yang lebih luas. Tetap peduli pada masalah bangsa, tetap harus mengkritik namun juga harus introspeksi diri bu, jangan sampai mengritik saja namun tanpa solusi. Bapak juga ga pinter ngasih solusi, tetapi yang jelas bapak mencoba melihat semua permasalahan dari segala sudut pandang. Ya paling tidak dengan naiknya BBM ini, keinginan bapak untuk beli sepeda kan bisa direstui kamu, Mar. Hehehehe", jawab Marno yang sudah siap berangkat ke kantor.

"Eeeee, kalau sepeda ne murah we ra popo. Lha  bapak mintanya yang jutaan itu e, ora ora, paling yo mung nggo alesan ben saben Minggu esuk iso nyawang mbak-mbak jogging !" Marni menaikkan nada bicaranya, sembari memaksa suaminya untuk segera berangkat.

"Inggih dara ayu, duitnya bapak pakai buat beli Pertamax saja !", gerutu Marno, sambil mengegas motornya yang baru dibeli 2 bulan lalu. Untungnya sudah motor injeksi.








(Yang suka cerpen saya ini silahkan merepost, tetapi sertakan sumbernya ya. Hehehehe. Insya Allah pasangan Marni-Marno akan menjadi projek cerita dalam blog saya ini, yang nantinya berisi kegelisahan maupun unek-unek yang diramu dalam bentuk cerpen. Enjoy reading. :) )


Apa salahnya On Time?



sumber gambar : http://www.molecularecologist.com/wp-content/uploads/2015/01/clock.jpg



"Eh nanti kumpul di sini jam 10 ya" atau "mengharap kehadiran saudara pada acara rapat pada pukul 20.00 WIB". Datanglah tepat pada jam itu dan lihatlah apa yang terjadi?


Ini pengalaman pribadi, dan mungkin banyak yang mengalami, hingga berakhir pada pengkhianatan yang sama. Sebagian acara yang mengundang saya atau saya hadiri, mayoritas sulit sekali berjalan tepat waktu sesuai dengan yang tertera pada undangan. Baik yang formal maupun tidak. Menilik kembali jawaban pertanyaan yang terjadi ada beberapa kemungkinan jawaban. Satu, anda adalah peserta pertama yang datang dengan kemungkinan tambahan anda ditemani tuan rumah atau panitia acara, dengan kemungkinan lain harus menunggu dari 10 menit hingga 1 jam sampai acara dimulai. Dua anda disana bersama undangan yang lain namun acara belum dimulai hingga bermenit-menit kemudian. Ketiga anda datang dan acara sudah dimulai. Kemungkinan ketiga sangat hebat namun jarang pula ditemui.

Wajar. Biasa. Tetapi menjengkelkan. Tidak tepat waktu atau disingkat terlambat, atau bahasa gaulnya ngaret, sudah menjadi keseharian yang sering saya dan mungkin kalian-kalian temui dalam kehidupan masyarakat kita. Atas nama toleransi dan kesabaran hal tersebut dengan mudahnya "diterima". Penerimaan akhirnya berujung ke pengkhianatan, dalam artian yang sudah berusaha tepat waktu akhirnya pada pertemuan-pertemuan mengucap kalimat sakti "Ah telat aja, biasanya juga gitu" atau kalimat-kalimat lain yang sekeluarga dengan itu.

Apa salahnya on time? Apa salahnya tepat waktu? Apa ruginya tidak terlambat? Sampai pada tahap jawabannya "lha daripada nunggu" pertanyaan tersebut langsung mudah terbantahkan. Menunggu menjadi hal yang menyebalkan, apalagi menunggu jodoh *eh salah fokus*. Sabar juga mungkin jadi problem orang-orang kita mungkin.

Kita selalu saja mudah mengatakan "Perjuangkan hak manusia" tetapi tidak pernah melihat bahwa hak untuk memanfaatkan waktu dengan baik juga merupakan salah satu hak yang esensial bagi manusia. Saya yakin banyak diantara kita, dan saya sendiri, terlalu fokus pada hak-hak lain hingga hak untuk mengefektifkan tiap detik dari hidup jadi terlupakan. Terlambat, dilihat dari sisi hak adalah pelanggaran. 1 detik saja bisa mengubah hidupmu apalagi terlambat sampai berjam-jam. Sebegitu teganya kah kita menyia-nyiakan 30 menit demi keterlambatan?

Bagi saya sebagai seorang mahasiswa keterlambatan ini memang ngeselin. "Buat apa lo pinter-pinter kuliah tapi on time aja ga bisa?" "Buat apa lo udah kece-kece ngomongin berjuang demi rakyat tapi on time datang rapat aja ga bisa?" "Iya, gue ngerti lo sibuk, tetapi pasti ada mekanisme yang bikin lo ga usah telat, orang kalau ngapel pacar aja bisa diusahain on time, apa pas ngapel juga telat?" Ya, kadang-kadang umpatan-umpatan semacam itu terlintas, bahkan terlontar dengan angin sebagai pendengarnya. 

Alasan untuk tidak tepat waktu biasanya terbagi menjadi 3, "balas dendam"/"biasanya kan ngaret", "lagi ada acara nih", "waduh aku lupa". Alasan pertama dan ketiga adalah alasan yang paling ngeselin. Ini menunjukkan bahwa tidak ada upaya penghormatan baik terhadap acara yang diadakan ataupun hak si pembuat acara agar acaranya dihadiri. Kalau alasannya satu dan tiga sudah jadi kebiasaan, lah ya wajar nanti kalau jadi wakil rakyat mau beli UPS seharga 5 milyar. Alasan kedua bisa sedikit diterima, tetapi kalau sudah menyampaikan izin. Izin berarti ada upaya untuk menghadiri namun ada halangan, ada bentuk rasa hormat disitu. Namun akan lebih baik lagi, jika undangan sudah datang sejak lama dan kebetulan ada acara lain yang hampir bersamaan, tetapkan lah prioritas, yang paling utama hargai dan hormati yang sudah membuat acara !

Sedikit kata-kata akhir, ingatlah kata-kata dari kakek saya "Lebih baik datang kepagian daripada datang tepat waktu". Yups, kakek saya ini bisa dikatakan selalu mencoba untuk hadir 10 menit sebelum acara dimulai. Kakek saya selalu menasehati bahwa kita harus ngajeni (menghormati) orang lain, dan salah satu caranya adalah menghormati waktu yang orang lain sediakan untuk membuat suatu acara. Apa salahnya sih on time, toh kalau kalian memang benar manusia, harusnya kan juga menghormati manusia lain. Kalau orang lain sering terlambat janganlah ditiru. Tidak perlu "balas dendam" ketika menghadiri suatu acara dan ternyata ngaret, tidak perlu kita menerlambatkan diri di kesempatan lain. Sebelum menggugat pemerintah yang telat menepati janji, lah kaliannya sendiri sudah tepat waktu belum dalam segala janji yang kalian buat? Jangan-jangan juga ngaret karena beribu alasan. Lah katanya penerus bangsa, yang akan memperbaiki negeri ini, tetapi sudah bisa ON TIME?!

Senin, 09 Maret 2015

Lagu Anak Kemana ? Mungkin Sedang Main Petak Umpet


(sumber foto : http://www.kapanlagi.com/intermezzone/rindu-dengan-trio-kwek-kwek.html)


Sesuai dengan Keppres No. 10 tahun 2013, 9 Maret ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional. Keppres ini tentunya membanggakan, karena akhirnya musik, yang menjadi salah satu produk budaya paling digemari di Indonesia, dihargai oleh pemerintah dengan dibuatkan hari khusus. Meski saya juga tidak terlalu mengerti apa esensinya.

Ya, rasanya musik tidak akan pernah bisa lepas dari masyarakat manapun di dunia ini. Indonesia sendiri dengan ribuan suku, memiliki musik khasnya sendiri. Namun bukan musik tradisional yang akan dibicarakan kali ini, musik, lagu utamanya, yang agak lebih luas, namun sebenarnya beririsan dengan musik tradisi juga.

Melihat gambar di atas, anda-anda yang pernah hidup di Indonesia pasti tidak asing. Trio Kwek-Kwek, grup vokal anak-anak yang tahun lahirnya sama dengan saya ini merupakan salah satu grup yang sangat fenomenal saat itu, tak kalah dengan grup maupun penyanyi dewasa. Grup yang beranggotakan Dhea Ananda, Affandy, dan Leony ini sudah memenangkan banyak penghargaan bergengsi, seperti dari Anugerah Musik Indonesia (AMI) maupun Panasonic Awards. Lagu-lagu mereka seperti "Katanya"ataupun "Jangan Marah" masih begitu lekat hingga sekarang, apalagi yang tumbuh sebagai anak-anak di era 1993-2000-an. 

Selain Trio Kwek-Kwek kita kenal juga penyanyi cilik lain seperti Joshua Suherman, Trio Saskia-Geovani-Angie, Chiquita Meidy, Maissy, Agnes Monica, Bondan Prakoso, hingga Tasya dan Tina Toon. Di era itu (era saya kecil) anak-anak mendapatkan tempatnya yang sesuai, karena penyanyi cilik saat itu menyanyikan lagu yang "sesuai" dengan umur mereka. Namun perlahan, semenjak 2003-an, setelah Petualangan Sherina tayang dan Peterpan (sekarang NOAH kalau ga tau) mulai booming, menurut saya lagu-lagu anak mulai kehilangan popularitasnya. 

Nah nah nah, ini lagu anak-anak pada kemana? Mungkin sedang main petak umpet. Yak judul postingan ini tidak sekedar judul, tapi adalah sebuah harapan. Dalam permainan petak umpet tentu saja yang bersembunyi nantinya akan muncul walaupun pada akhirnya tidak dapat ditemukan oleh yang jaga. Ini pula yang saya dan banyak orang lain harapkan, yakni lagu anak keluar dari persembunyiannya, tentu keluar yang tidak sekedar sembunyi lagi.

Kembali mencoba menjawab pertanyaan kemana, yang jelas bukan karena alamat palsu. Lagu anak-anak "menghilang" bukan karena sebab. Menurut pemahaman saya ada beberapa hal yang membuat lagu ini masih nyaman dalam persembunyiannya.

"Peterpan" menjadi alasan nomor satu. Loh kok, apa salah band satu ini? Bukan band-nya yang saya soroti, tetapi kemunculan dan tenarnya Peterpan menandai era budaya populer, dalam hal ini lagu pop, bangkit dan demamnya menyerang banyak khalayak, termasuk anak. Kemunculan lagu-lagu pop yang se-easygoing lagu anak diterima dengan baik oleh masyarakat. Ini didukung dengan semakin kuatnya media, terutama televisi pada era setelah Orde Baru. Televisi begitu merebak, dengan semakin berkembang dan munculnya saluran-saluran televisi swasta baru. Seiring dengan semakin banyak pula yang memiliki televisi, maka akan semakin mudah bagi para pelaku industri ini untuk mendapatkan konsumen. Musik pun menjadi salah satu pilihan utama selain sinetron.

Di awal-awal 2000-an, sebenarnya televisi masih mempertahankan acara anak yang menayangkan lagu-lagu anak seperti "Ci Luk Ba (SCTV)" atau "Tralala-Trilili(RCTI)". Namun seiring berjalannya waktu, televisi pun lebih memilih acara kartun/anime sebagai pilihan untuk tayangan anak. Tempat untuk musik pun akhirnya hanya diisi oleh musik-musik untuk kalangan remaja (dan dewasa). Gawatnya, anak-anak merupakan salah satu konsumen utama televisi, seringkali akhirnya juga harus mendengar lagu-lagu itu. Ya berhubung tidak dilarang juga oleh orang tuanya, dan tak ada pilihan lagu lain, akhirnya mau tak mau ya mendengarkan, akhirnya suka dan akhirnya beli VCD/DVD bajakannya (eh).

Nah, disinilah "petaka" dimulai. Televisi menawarkan produk dan konsumen masih belum terliterasi dengan baik sehingga menerima begitu saja. Akibatnya permintaan dari konsumen tidak terlalu berbeda jauh dengan apa yang selama ini ditawarkan, atau dengan kata lain tidak ada "perlawanan" dari konsumen terhadap konten yang ada. Disinilah alasan-alasan lain yang "menyembunyikan" lagu anak mulai bermunculan. Alasan kedua adalah uang atau keuntungan. Sebenarnya agak bingung juga harus menempatkan uang atau kebangkitan lagu pop di alasan paling awal. Tapi berhubung saya berbaik sangka bahwa mereka (para musisi macam Peterpan dkk) berkarya bukan untuk mencari uang semata maka saya tempatkan di awal (:P). Kembali ke masalah uang, ini tentunya berkaitan dengan rating acara. Asumsi saya, rating acara yang "murni" untuk anak kalah dibanding dengan acara musik remaja yang ditonton hampir semua kalangan. Industri pun akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan acara semacam ini dibanding menyelenggarakan acara anak, yang butuh biaya tapi incomenya tak seberapa. Akibat lanjutannya, mereka, para pencipta lagu anak pasti juga akan berpikir realistis, darimana mau dapat untung kalau ruang untuk menampilkan karya mereka. Radio? Sulit bagi radio untuk menyaingi kehebatan televisi. VCD/DVD? Yang bajakan lebih diminati. Lalu buat apa bikin lagu anak? Demi idealisme? Idealisme katanya hanya milik anak muda, sedangkan anak muda sudah punya lagunya sendiri.

Kemana para pencipta lagu anak yang dulu top itu? Mencoba menelusuri salah satu pencipta yang sangat terkenal yaitu Papa T. Bob, berita yang saya dapat agak mengecewakan. Pencipta yang sudah melambungkan banyak artis cilik ini pada tahun lalu dilaporkan karena kasus penipuan. Perjudian pun dikaitkan dengan kehidupan beliau. 

Industri media, terutama entertainment merupakan industri yang tidak pernah menjanjikan kepastian. Dalam artian bisa jadi suatu saat akan sangat terkenal, di waktu lain tak dianggap layaknya butiran debu. Untuk bertahan di industri seperti ini "kaderisasi" nampaknya juga menjadi hal yang penting. Namun baik di politik maupun musik, "kaderisasi" bukan hal mudah. Apalagi seni adalah masalah rasa, atau banyak yang bilang masalah bakat.Untuk hal ini rasanya saya setuju. Siapa yang tidak gatal mendengar para artis yang sok-sokan bisa nyanyi padahal suaranya .......  Disitu kadang saya merasa sedih.

Begitu pula untuk kasus lagu anak, "kaderisasi" masih belum berjalan dengan baik. Akan tetapi sebelum bicara lebih lanjut akan saya bahas dulu mengenai alasan ketiga yakni orang tua. Tidak bisa dipungkiri yang paling dekat dengan anak-anak adalah orang tua. Mereka lah yang mengenalkan banyak hal ke anaknya, termasuk lagu.  Tak hanya sekedar mengenalkan namun juga mengawasi. Di era pasca krisis moneter, asumsi saya, orang tua banyak yang banting tulang untuk mencari uang, setelah dilanda krisis pada 1997. Akibatnya : punya duit lebih --> bisa beli televisi --> makin sibuk nyari duit --> anaknya kurang diperhatikan dan diawasi. Sekali ini hanya asumsi saya berdasarkan kasus umum. Nah orang tua pun akhirnya juga kurang dekat dengan anak sehingga kurang mengenalkan pula lagu-lagu yang pantas mereka dengar dan nyanyikan. Atau mungkin mereka dekat dengan anak, menemaninya menonton televisi, tetapi membiarkannya mengenal lagu-lagu yang kurang pas bagi anak. Atau lagi, orang tau akan hal itu, tetapi tetap merasa cuek, tetap merasa tidak perlu mempermasalahkan media yang tidak memberi ruang bagi anak. Hal seperti ini saya kira wajar, mengingat pada saat itu Indonesia baru saja mengenal demokrasi, mengenal kebebasan berpendapat, setelah sebelumnya hidup di era ketebasan berpendapat, kalau berpendapat aneh-aneh ya di tebas.

Orang tua pun lebih untuk menuruti keinginan anaknya. Akhirnya kalaupun anak minta VCD kartun plus satu album Peterpan atau Ungu ya ga masalah, meski umurnya masih 10 tahun. Yang penting anak senang orang tua bisa tenang cari uang.

Kalau hal seperti terus berlangsung, sampai ibukota Indonesia pindah pun lagu anak akan terus sulit mendapatkan kembali tempatnya. Kabar gembira untuk kita semua, angin segar sedikit mengalir di masa-masa sekarang ini, ketika masyarakat sudah lebih terdidik untuk mempertanyakan tayangan yang mereka tonton. Upaya untuk mengembalikan ruang bagi lagu-lagu anak mulai digiatkan. Sekarang banyak kita temui acara-acara semacam pencarian bakat yang diikuti oleh anak. Gamblang saja dulu pernah ada AFI Jumior dan sekarang Indonesian Idol junior. Anak-anak yang ikut ajang ini tak perlu diragukan lagi kualitas suaranya. Namun seperti yang saya bilang sebelumnya, "kaderisasi" belum berjalan baik. Belum baik karena meskipun pesertanya anak-anak, lagunya banyak yang bukan lagu anak. Mungkin bisa dimaklumi karena semasa hidup mereka jarang sekali atau bahkan tidak pernah sama sekali melihat lagu anak di televisi. Tetapi mau sampai kapan dimaklumi ?

Angin segar lain adalah mulai bermunculan lagi artis-artis yang berlabel artis cilik. Tetapi tak beda jauh, lagu mereka berkisaran cinta, meskipun cinta monyet. Ya memang sih anak-anak, terutama yang sudah mau SMP atau pas SMP sering mengalami cinta monyet tetapi perlu dipikirkan juga bahwa fans-fans dari artis cilik baru ini banyak yang masih berusia di bawah sepuluh tahun.

Untuk masalah pencipta saya tidak tahu bagaimana "kaderisasi"nya, tetapi semoga saja ada mereka yang peduli dan tak lelah mencipta lagu anak.

Kalaupun memang "kaderisasi" ini benar-benar sulit, harapan disematkan pada band-band pop yang kini digandrungi anak-anak. Harapan semacam apa? Harapan bahwa mereka menciptakan lagu yang bertemakan anak, kalaupun tidak ya membuat lagu yang temanya netral, bisa dinyanyikan oleh anak-anak. dengan aman (alias kagak cinta-cintaan melulu). Saya yakin, meskipun tidak bertemakan "dewasa" sebuah lagu bisa tetap terkenal. Apa yang dilakukan Duta dan Eross (Sheila on 7) yang pernah duet bareng Tasya dengan menyanyikan lagu "Jangan Takut Gelap" bisa dicontoh. Atau ingatkah kalian dengan band Air melalui lagu "Bintang" yang ngetop, atau band Wayang dengan lagu "Dongeng" ? Musiknya mungkin tidak "anak-anak" tetapi liriknya netral, bisa dinyanyikan tanpa mikirin cinta-cintaan dan tembak-tembakan.

Optimisme, itulah yang harus tetap tertanam, bahwa suatu saat nanti lagu anak kembali ke tempatnya, keluar dari bawah meja tempatnya bersembunyi. Musik adalah milik semua, tapi tidak semua berkesempatan mendengarkan musik yang sesuai dengan hak mereka. Sesuram apapun nasib lagu-lagu anak jaman sekarang, selama kita Malu Sama Kucing , harapan itu akan selalu ada.



(bonus link salah satu lagu anak, berhubung Rupiah lagi lemah juga :v

https://www.youtube.com/watch?v=3xVeffI9ovQ)



Minggu, 01 Maret 2015

Spot-Spot Kece buat Foto di Bantul...

Kamu sedang mampir di Jogja? Bosan dengan spot untuk foto yang itu-itu aja? Mau foto buku tahunan tapi suasananya beda? Sudah terbesit keinginan untuk mencoba daerah lain untuk mengabadikan gaya anda? Cobalah ke selatan, ke Bantul, salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ada apa sih di Bantul? Parangtritis? Ya elah bosen banget ketika pantai satu itu selalu jadi rujukan yang paling dikenal untuk wisata yang otomatis lumayan juga buat foto-foto sih sebenarnya. Tapi kalian bosen ga sih?

Nih nih nih, berhubung orang yang nulis ini sudah hidup di Bantul selama kurang lebih 21 tahun lebih beberapa bulan beberapa hari beberapa jam menit dan detik, tak kandhani panggonan kece nggo poto-poto, monggo...


1. SAWAH

Bantul, dimata sebagian orang-orang yang sudah kebanyakan menatap gedung-gedung masih dianggap sebagai daerah yang ndeso plus blusuk. Well, itu tidak sepenuhnya benar plus tidak sepenuhnya salah. Tapi sisi positif dari hal itu adalah di Bantul masih ditemui banyak daerah persawahan. Yak makanya sawah menjadi spot alternatif yang menurut saya paling kece di Bantul. Pernah gambar dua gunung tengahnya ada jalan/sungai kemudian kiri kanannya ada sawah? Yups di Bantul pemandangan seperti 100% POSSIBLE !!! SANGAT MUNGKIN. Jika menengok ke utara, apabila cuaca cerah, dapat dilihat Gunung Merapi dan Merbabu yang duduk bersama layaknya manten. Jika jeli, kamu bisa mengombinasikan gunung, sawah, jalan dan sungai/kali dengan sangat kece. Selain itu jika menengok ke selatan, perpaduan antara sawah dan pegunungan Seribu bisa sesejuk senyum kekasih anda.. Perlu bukti? Silakan dinikmati hasil jepretan saya berikut.. hehe


                 Jika cuaca cerah dan langit sangat biru, sawah bisa menjadi spot yang sangat kece
                         (Lokasi Prenggan, perbatasan Kecamatan Bantul dan Bambangipuro)

       

Atau bisa juga foto rame-rame kayak mbak-mbaknya ini, ditambah ada bapak-bapak yang baru saja nyari rumput di belakangnya, menambah suasana sawahnya semakin alami.. XD
(Lokasi : Kedon, Sumbermulnyo, Bambanglipuro, Bantul alias dusun tempat saya tinggal.. hahaha)


Nah, ini diambil dari daerah sawah yang berdekatan dengan pegunungan Seribu, gimana gak menyejukkan mata?
(Lokasi : Kecamatan Pundong -lupa tepatnya dimana, maaf,,hehe-)




Kalau padinya sudah mulai muncul, perpaduan warna kuning hijau semakin membuat sawah lebih cerah
(Lokasi : Jalan Prenggan-Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul)


Tapi perlu diingat, jika ingin mengambil gambar harus cek sedang musim tanam apa, kalau ingin mendapatkan foto dengan background sawah dengan penuh tanaman, jangan sampai pas udah kesana cuma ada tanah doang (kecuali emang mau begitu :P). Cek juga cuacanya, kalau cerah sudah pasti akan mempermudah untuk pengambilan gambar yang baik. Saran saya sih pagi (jam 06.00-10.00 WIB) atau sore sekalian (15.00 - 17.-00 WIB).

2. MAKAM

Err.. yakin? hahaha.. sebenarnya memasukkan makam sebagai alternatif spot foto agak gimana gitu ya, tapi memang di Bantul ada Makam yang dijadikan tempat wisata, jadi ya wajar kalau kadang dipake buat foto-foto juga. Yang terkenal tentu saja ada di Kecamatan Imogiri, yakni Makam Raja-Raja Mataram dan Makam Seniman dan Budayawan. Kedua makam ini letaknya berdekatan jadi sekali datang bisa dapat keduanya.. hehehe.. Tapi kalau mau coba makam-makam yang lain, entah itu makam tokoh tertentu atau makam umum ya monggo, resiko tanggung sendiri.. :p

Ini adalah anak tangga yang ada di Makam Seniman. Bisa diatur pencahayaan lebih gelap jika ingin menampilkan gaya gloomy.. hehehe
(Lokasi : Makam Seniman dan Budayawan Imogiri)

Masih di Makam Seniman

Nah kalau ini gerbang dari Makam Senimannya

Kalau ini di Makam Raja-Raja Mataram, ada beribu anak tangga di sini yang bisa jadi spot menarik untuk foto-foto
(Lokasi : Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri)


Di salah satu sudut Makam Raja, posisinya ada di atas bukit


Kedua Makam tersebut berada di kawasan konservasi hutan sebenarnya, jadi kalian juga bisa foto-foto di hutan sekitarnya

Tapi jangan pipis sembarangan.... pffffttttt



Jika ingin sebebas-bebasnya berfoto di Makam tersebut (yang Imogir tadi) saran saya sih jangan pas weekend, biar lebih leluasa (karena sepi) hehe. Dan waktu pagi paling saya rekomendasikan karena ada pemandangan lain yang bisa kalian lihat. Apakah itu? Terus baca postingan ini.. hehe

3. JEMBATAN

Ada dua sungai besar yang mengalir di daerah Bantul, yakni Sungai Progo dan Sungai Opak. Maka wajar jika banyak jembatan di Bantul. Nah nah nah, jembatan pun bisa jadi opsi buat spot foto-foto. Beberapa yang bisa dijadikan spot antara lain Jembatan Srandakan dan Jembatan Gantung di Imogiri (kebetulan -sialnya- foto saya tentang dua jembatan ini hilang hiks). Tetapi kalau mau muter-muter banyak Jembatan lain yang bisa dijadikan spot foto. hehe..

Jembatan Kretek, sebelum pintu gerbang kawasan Parangtritis, tapi kalau mau foto di sini lihat sikon ya, jangan pas rame.. hehehe
(Lokasi : Kecamatan Kretek, Bantul)

Masih di Jembatan Kretek

Kalau ini di Jembatan Soko, dimana jembatan baru (yang ada trotoarnya) bersanding dengan jembatan lama ( yang ada tiang segitiga)

(Lokasi : Penghubung Desa Seloharjo - Panjangrejo, Pundong, Bantul)


Sunrise dari Jembatan Soko

Perlu diingat, keselamatan adalah hal yang utama, dan hormati penguna jalan lain. Jembatan adalah jalur transportasi, jadi kalau mau berfoto pilih waktu ketika sepi atau trafiknya rendah, plus jangan sembrono ya. :)

4. JALAN

He? Ngapain foto di jalan kurang kerjaan aja.. Ntar malah dimarahin lagi. Ya tapi prinsipnya sama seperti jembatan tadi, ingat kondisi.. hehehe. Kebetulan di Bantul kawasan selatan, baru saja selesai dibangun Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Lokasi inilah yang bisa jadi spot kece buat foto selanjutnya. Akhir-akhir emang banyak, entah pengunjung pantai -emang deket pantai ini jalannya- atau pengendara yang sekedar lewat, mengabadikan gayanya di tempat ini.

Foto bareng-bareng ditengah jalan seenak jidat kayak gini, kapan lagi?

(Lokasi : Jalan Jalur Lintas Selatan, Srigading (Sanden)- Poncosari (Srandakan), Bantul


Mau pose apapun bisa, mau tidur juga bisa :v


Atau bikin cover album kece macam ini? 

Memenuhin jalan cuma buat foto? Monggo

Hunting sunrise? Very Recommended!

Sambil menikmati sunrise seperti ini bisa sambil jogging atau bersepeda lho..

Selain JJLS ada lagi ga? Ya kalau situ mau foto di jalan Parangtritis ya monggo, mau di jalan lain ya silakan, tapi tetep hati-hati dan hormati pengguna jalan yang memang niatnya memakai jalan sesuai fungsinya.. hahahaha..

5. BUKIT

Di samping pemandangan 2 gunung, 2 sungai, Bantul juga terdapat dua daerah perbukitan (menurut saya.. haha), yakni di Timur-Selatan ( Pegunungan Seribu, Kecamatan Kretek, Imogiri, Pundong) dan Barat (Kecamatan Pajangan, Sedayu). Nah dari bukit-bukit ini menyimpan banyak spot-spot yang enak buat foto, terutama daerah agak lapang di puncak sehingga bisa melihat Bantul dari atas. Yang sudah banyak dikunjungi adalah Kebun Buah Mangunan (yang malah saya sendiri belum pernah motret dari sana.. :P). Tetapi di daerah lain juga masih banyak potensi puncak bukit yang memberikan pemandangan menakjubkan.

Masih ingat Makam Raja-Raja di Imogiri? Kalau kalian mampir ke bukit yang ada di sebelah timurnya, pemandangan inilah yang bisa kalian lihat
(Lokasi : Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul)

Masih dari bukit Makam Raja-Raja Mataram

Kalau embunnya sudah agak menghilang, sawah akan terlihat dan perpaduanya dengan Merapi semakin cantik. Masih dari bukit Makam Raja-Raja Mataram

Sawah, Pantai, Langit Biru. Bisa kalian nikmati dari kawasan bukit Pegunungan Seribu, dekat Parangtritis

(Lokasi : Kampung Edukasi Watulumbung, Parangtritis, Bantul)


Masih dari Watulumbung, selain menikmati pemandangan ini kalian bisa makan-makan juga. Karena kawasan ini terdapat warung makannya juga. Namun hati-hati kalau kesini karena jalannya masih belum sepenuhnya diperbaiki.





Dari perbukitan daerah Barat, bisa mampir di daerah Pajangan. Kebetulan juga di daerah ini sedang dikembangkan daerah wisatanya.

(Lokasi : Bukit di sekitar Makam Sewu, Pajangan, Bantul)

Kalau sudah berfoto-foto di puncaknya, pastikan blusuk ke bawah bukitnya. Karena kalau beruntung, anda akan menemui kawasan yang sekarang lagi ngeteren yakni Curug alias Air Terjun.

6. CURUG/AIR TERJUN

Yaps, di sisi Timur maupun Barat perbukitan Bantul semuanya menyimpan potensi curug-curug yang tentunya banyak nyamuknya eh potensial buat jadi spot foto. Di Pajangan sekarang malah sudah semakin terkenal curug-curugnya seperti Banyunibo dan Pulosari. Mumpung masih belum terlalu ramai layaknya Sri Gethuk di Gunung Kidul, sempatkanlah mampir ke situ.. hahaha. Atau kalau mau benar-benar sepi, carilah curug-curug yang masih belum banyak nongol di Internet. Dimana? Yo golekono dewe..


Penampakan Curug Banyunibo, dengan batu bertingkat yang menjadi cirinya
(Lokasi : Sendangsari, Pajangan, Bantul)

Kalau naik ke "puncaknya", bisa kalian lihat kawasan sungai (kali) yang mengaliri Curug Banyunibo

Ga cuma spot enak buat foto, buat mandi juga enak kayaknya...

Atau mau nyari wangsit skripsi kayak mas nya ini? bisa.. :p

Ini salah satu Curug di Imogiri, tak tahu namanya, dan pas kesana musim kemarau jadi ya airnya dikit

Kalau ini curug di daerah Pundong, lupa namanya, nama daerahnya juga lupa.. hahahahahaha
(Lokasi : Pundong, Bantul)

Masih yang di Pundong tadi...

Coba, berapa kali anda melihat orang-orang yang menggunakan kaos biru di postingan ini? hahaha
Untungnya, kalau ke curug-curug di Bantul paling pol kalian cuma bayar parkir (kalau ada yang jaga), kalau ga ada ya yang penting jangan buang sampah sembarangan :)




7. SPOT-SPOT YANG UDAH SERING DI BAHAS DI INTERNET, ATAU DIMANAPUN, KEBON BELAKANG RUMAH, PASAR, YANG JELAS BUKAN DI MALL KARENA GA ADA

Udah capek ngetik, maka yang ketujuh kompilasi saja. Hahahaha... Banyak sebenarnya spot-spot di Bantul yang sebenarnya sudah di posting oleh banyak orang di Internet. Tinggal cek aja bagaimana bentuk aslinya karena yang di Internet banyak yang sudah di edit (termasuk postingan saya juga :p). Dimanapun, bagi saya Bantul semuanya menjadi spot yang menarik untuk foto maupun di foto. Mau pas sunrise, sunset, siang, malam, semua bisa, tergantung fotografernya, eh. Yang pasti mau foto dimanapun hormati hak orang lain dan jangan buang sampah sembarangan. :)

Sunrise dari Bendung Tegal, Kebonagung, Imogiri



Menikmati Sunrise di Bendung Tegal


Laguna Pantai Samas, Srigadeng, Sanden


Sendang Ngembel, Beji Wetan, Sendangsari, Pajangan



Kawasan Gumuk Pasir, Parangtritis, Kretek


Kawasan Gumuk Pasir, Parangtritis, Kretek


Kawasan Gumuk Pasir, Parangtritis, Kretek

Sunset dari daerah Gunungan, Sumbermulyo, Bambanglipuro

Sunset dari Ringroad Manding, Bantul


Sunset dari Jalan Samas Km 1, Selo, Palbapang, Bantul


Dan terakhir, setelah subuh dari Kedon, Sumbermulyo, Bambanglipuro


Gimana? Tertarik ke Bantul? Boleh banget lho mampir ke tempat-tempat ini atau tempat lain di Bantul, yang jelas, TETAP DI JAGA LINGKUNGANNYA, JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN, FOTO ALAY GA PAPA YANG PENTING STOP VANDALISME DAN BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA. Salam pecinta foto. :)

















(NB : Diperbolehkan menggunakan foto ini untuk kegiatan positif, asalkan jangan lupa mencantumkan nama fotografernya.. hehehe.. Untuk foto yang Gumuk Pasir pertama fotografernya adalah teman saya sendiri, namanya Nur Arief Darmawan, sementara untuk foto yang lain adalah jepretan si penulis. Bukan bermaksud apa-apa hanya saja mari budayakan menghargai karya orang lain. Terima kasih sebelumnya.)