Senin, 20 April 2015

Membunuh

"...Menurut kamus, kata "bunuh" diartikan menghilangkan atau mencabut nyawa. Ketika ditambahkan imbuhan "me-" menjadi "membunuh" yang kemudian artinya sebuah kegiatan menghilangkan nyawa. Dalam konteks kalimat, "membunuh" adalah suatu predikat yang berarti harus ada subjek dan objek agar menjadi kalimat yang utuh. Misalnya saja "Kucing membunuh tikus", atau "Perampok membunuh pemilik rumah" dan lain-lain.


"Membunuh" menjadi kata yang akhirnya dikaitkan dengan sesuatu yang negatif, karena "membunuh" berarti menghilangkan nyawa dengan alasan yang tidak bisa diterima secara manusiawi. Tetapi apakah "membunuh" memang begitu adanya, tidak manusiawi?

Manusia, menurut kodratnya, dan dipercaya sendiri oleh manusia lain, memiliki dua sifat, baik dan buruk, tinggal mana yang persentasenya lebih banyak. "Membunuh" kemudian dimasukkan ke dalam kelompok sifat buruk, karena menghabisi nyawa sesama manusia itu sulit diterima oleh akal kita, lalu muncullah "hak asasi" , hak yang sudah melekat, dan salah satu hak asasi yang dimiliki manusia adalah hak untuk hidup, dan "membunuh" adalah bentuk pelanggaran terhadap hak tersebut. 


"Manusiawi", menurut kamus berarti bersifat manusia, atau kemanusiaan, yang selama ini selalu diartikan ke arah positif, sehingga unsur-unsur negatif dianggap sebagai pengkhianatan terhadap "manusiawi" itu sendiri. Padahal jika memang "manusiawi" berarti bersifat manusia, bukannya yang negatif juga milik manusia? 

"Membunuh" berarti manusiawi, karena "membunuh" adalah sifat manusia. Atas nama insekuritas, ketidak amanan, terancam (bukan nama makanan), otak kita pasti akan memberikan opsi "menghilangkan ancaman" dan salah satu caranya adalah "membunuh". Misalnya saja ketika ada nyamuk yang menusuk kullit manusia, nyamuk tersebut akan "dibunuh", karena otak manusia menerjemahkan nyamuk sebagai ancaman, ancaman harus disingkirkan, opsi yang dipilih kemudian "membunuh". Ya, ketika berhadapan dengan yang bukan spesiesnya, manusia memang dengan mudah memasukkan dan melaksanakan opsi "membunuh" sebagai upayanya untuk mengamankan diri.

Lalu bagaimana jika satu spesies, sama-sama manusia ? Disinilah manusia menentukan adanya kesepakatan bersama, yang kemudian menjadi hukum. Yang banyak diterima, manusia tidak boleh "membunuh" manusia. Melanggar akan ada sanksi. Atas hukum manusia, sanksinya bisa bermacam-macam. Atas hukum Tuhan, nyawa dibayar nyawa. Begitu yang selama ini kita kenal.

Adanya hukuman adalah bukti bahwa manusia mengakui bahwa "membunuh" adalah nalurinya, yang harus diatur sedemikian rupa. Hingga akhirnya "membunuh" pun terbagi menjadi dua, yakni secara ilegal dan legal. "Membunuh" secara ilegal sudah jelas, tidak sesuai aturan, Asal bacok, asal cekek, asal diracun atau cara lain, baik langsung maupun tidak yang penting nyawa melayang, entah didasari pikiran rasional maupun tidak. Kemudian "membunuh" secara legal berarti "membunuh" yang sudah direstui oleh hukum. Meski legal justru "membunuh" dengan cara seperti ini yang sering mendatangkan perdebatan manusia, yakni antara yang melihat nyawa sebagai milik manusia dengan nyawa yang sebenarnya milik-Nya. Ya, manusia memang kadang berlebihan, mendebatkan sifat buruknya sendiri.

Tetapi baik legal maupun ilegal, akhir dari "membunuh" tetaplah sama, mati, hilang nyawanya. Disaat itu kadang manusia masih tidak menerima akan hilangnya suatu nyawa karena manusia lain. Manusia harusnya saling melindungi, dengan hati dan akal (jika berjalan dengan baik), harusnya mampu "menghilangkan ancaman" tanpa harus "membunuh" manusia lain. Disini kadang manusia sombong, karena pemikiran seperti itu akan menjadi opsi kesekian ketika "ancaman"-nya bukan manusia. Ya, ini pula sifat buruk manusia, egois, mementingkan spesiesnya sendiri, yang dianggap "nyawa" hanyalah yang ada di manusia, sedangkan yang ada di spesies lain diberi pemaknaan berbeda.

Melindungi "nyawa" spesies lain saja tidak bisa bagaimana mau melindungi "nyawa" spesiesmu, wahai manusia?..... "

hanyalah sekelebat pidato yang terpikir, yang mungkin akan disampaikan Takeshi Hirokawa, sesaat setelah melihat anime Parasyte : The Maxim.


(sumber gambar: http://vignette3.wikia.nocookie.net/kiseijuu/images/9/92/Hirokawa_anime.png/revision/latest?cb=20150305184617)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar