Senin, 13 April 2015

One Piece dan Politik : Cara Sederhana Belajar Hal Serius dari Anime/Manga, part 1


(sumber gambar : https://dwgkfo5b3odmw.cloudfront.net/img/promo_image/one_piece_anime_key_art.jpg)

Bagi kalian yang suka melihat anime atau membaca manga, pasti kenal dengan judul satu ini : One Piece. Yups, karya dari Eichiro Oda ini menjadi salah satu karya fenomenal yang terkenal tidak hanya di Jepang tetapi juga di dunia. Bisa dikatakan One Piece merupakan karya "saingan" dari Dragon Ball, ciptaan Akira Toriyama, yang juga terkenal. Manga (komik) nya sendiri diedarkan secara mingguan dalam majalah Shonen Jump sejak tahun 1997, dan anime series-nya mulai tayang pada 1999.

Bagi yang belum tau, One Piece menceritakan kisah seorang pemuda bernama Monkey D. Luffy yang bercita-cita menjadi Raja Bajak Laut dan mendapatkan"One Piece". "One Piece" ini sendiri merupakan "tinggalan" dari Raja Baja Laut sebelumnya yakni Gol D. Roger, yang sudah mengelana ke semua lautan, hingga pada akhirnya tewas setelah dieksekusi mati di tanah kelahirannya. Luffy kemudian berkelana mencari kru (atau nakama yang bisa juga diartikan teman) kapal untuk mengarungi lautan dan mewujudkan impiannya. Dalam mencari dan mendapatkan kru ini, Luffy berkelana dari pulau ke pulau, dan menemui banyak sekali peristiwa-peristiwa unik, melawan bajak laut lain, atau pemerintah dunia (World Government) dan marinir (angkatan laut). Sejauh Luffy sudah mendapatkan 8 kru dan kelompok bajak lautnya dikenal dengan kelompok "Topi Jerami (Strawhat -Inggris, Mugiwara -Jepang-)

Memadukan unsur petualangan, action, dan juga humor, ditambah dengan pembuatan karakter yang benar-benar berbeda serta orisinil, membuat karya ini begitu enak untuk dinikmati. Apalagi dengan kejeniusan Oda-sensei dalam membuat pertarungan maupun unsur-unsur imajinatif yang simpel namun seolah belum pernah disentuh oleh pembuat cerita lainnya.

Salah satu yang menarik dari One Piece sendiri menurut saya adalah unsur politik yang dimasukkan oleh Oda-sensei dalam cerita. Sederhana memang, namun apa yang ada di dalam One Piece, tidak hanya karakternya saya yang mirip dengan tokoh nyata di dunia, perhelatan politik yang ada di cerita kurang lebih merefleksikan apa yang terjadi di dalam realita. Baik secara keseluruhan alur cerita maupun dalam beberapa arc/saga/sub-cerita dari One Piece itu sendiri. Sekiranya ini beberapa hal terkait politik yang bisa kita pelajari sejauh cerita ini berjalan. (Bagi yang belum baca pemaparan di bawah mengandung spoiler,hati-hati :p)

1. Arabasta (Alabasta) Arc, Konspirasi

Arc ini saya anggap sudah dimulai semenjak Luffy bertemu dengan Putri Vivi Nefertari (Miss Wednesday). Vivi sendiri merupakan seorang putri dari sebuah kerajaan bernama Arabasta/Alabasta (familiar?). Ia melarikan diri dari kerajaannya untuk mengetahui kebenaran dari penyebab perang saudara yang melanda negerinya, yang kemudian diketahui merupakan ulah dari Baroque Works, yang dipimpin oleh Crocodile. Vivi pun bergabung dengan Baroque Works untuk mengetahui rencana dari Crocodile. Namun ia bertemu dengan bajak laut Topi Jerami dan singkat cerita Luffy menyetujui untuk membawa Vivi kembali ke Arabasta dan membantunya menyelesaikan perang yang ada di sana. 

Perang saudara di Arabasta sendiri terjadi karena dalam rentang waktu yang cukup lama hujan tidak turun ke negeri ini. Padahal negeri tersebut merupakan daerah gurun, air menjadi sesuatu yang langka dan hujan menjadi sumber air yang paling dibutuhkan. Warga pun percaya hujan sudah "dicuri" oleh kerajaan, hal ini didasari pada suatu kejadian dimana datang suatu gerobak barang yang membawa bubuk khusus yakni Dance Powder, ke kerajaan. Bubuk ini sendiri adalah bubuk yang bisa mendatangkan hujan buatan apabila dibakar, namun sebenarnya pemerintah dunia melarang penggunaannya. Gerobak pembawa ini tumpah sehingga warga tahu akan keberadaan bubuk ini dan menuntut kerajaan untuk menurunkan hujan kembali, tapi raja menolak karena bubuk itu bukan milik kerajaan sebenarnya. Crocodile ada dibalik semua ini. Ia lah yang menyelundupkan bubuk tersebut dengan bantuan anak buahnya. Provokator dari perang saudara pun beberapa juga merupakan anak buahnya. Tidak hanya itu, ia juga memasukkan anak buahnya ke kedua kubu, kerajaan dan pemberontak sehingga perang bisa berjalan sesuai rencana. Di sisi lain ia dianggap pahlawan oleh warga karena sering menyelamatkan mereka dari perompak maupun penjahat lain. 

Belakangan juga diketahui bahwa tidak munculnya hujan karena kekuatan dari Crocodile ini. Ia merupakan pemakan/pengguna buah setan (buah ajaib yang memberi kekuatan) Suna-Suna no Mi yang membuatnya menjadi manusia pasir (macam Sandman di Spiderman). Buah ini membuatnya bisa menciptakan badai pasir, yang membuat udara lembab mengilang sehingga hujan tidak turun. Usaha Crocodile ini tidak lain adalah upayanya untuk menguasai negeri Arabasta. Cara liciknya ini tidak tercium pemerintah kemungkinan karena posisinya sebagai Shichibukai, yaitu kelompok bajak laut berjumlah 7, yang mendapat otoritas pemerintah dan angkatan laut, dengan kata lain bajak laut yang legal (?). Di akhir cerita, Luffy dan kawan-kawan sebagai protagonis berhasil mengalahkan Crocodile beserta anak buahnya, dan Arabasta pun berhasil mengakhiri perang saudara sekaligus kemarau yang berkepanjangan.

Sesuai namanya, dapat kita asumsikan bahwa cerita ini mengadopsi dari apa yang terjadi di jazirah Arab. Perang saudara berkepanjangan, adanya usaha untuk menguasai daerah ini karena minyak, teori konspirasi dan berbagai permasalahan lain masih menaungi kawasan yang sering disebut dengan Timur Tengah ini. Baru-baru ini, Timur Tengah kembali hangat dengan adanya ISIS (Islamic States of Iraq-Syria) dan juga serangan koalisi beberapa negara Arab untuk memborbardir Yaman. Terlepas dari apakah konspirasi benar-benar terjadi atau tidak, tetapi Oda-sensei mungkin ingin menunjukkan betapa permasalahan politik itu sumbernya tidak hanya dilihat dari satu sudut saja, namun juga dari sumber lain yang tidak pernah diduga sebelumnya. Layaknya Crocodile yang bersembunyi dibawah bayang-bayang Shichibukai, bisa juga apa yang terjadi di Arab dilakukan oleh mereka yang memanfaatkan nama besar negara (yang dianggap) adikuasa, yakni Amerika Serikat. Siapa tahu?

Pembelajaran politik lain yang bisa diambil adalah politik devide et impera. Ingat pelajaran SD? Yak politik devide et impera alias politik memecah belah merupakan strategi yang dilakukan oleh Belanda ketika menjajah Indonesia dahulu. Belanda mengadu domba beberapa kerajaan kecil, atau memecah kerajaan besar agar lebih mudah ditaklukan. Cara seperti ini mempunyai keuntungan yakni korban dari pihak sendiri bisa diminimalisir. Praktek licik ini juga merupakan usaha preventif untuk menghalangi adanya persatuan.

Untuk melawan cara seperti ini dibutuhkan kesadaran bersama akan musuh yang sebenarnya dihadapi. Dalam cerita Arabasta, Oda-sensei memfokuskan pada pentingnya agen/tokoh dalam upaya mengatasi adu domba. Vivi (putri raja), Kohza (pemimpin pemberontakan yang kebetulan juga teman dari Vivi) dan Cobra (raja/ayah Vivi) merupakan tokoh sentral yang difokuskan, mengetahui kebenarannya sehingga berusaha untuk menghentikan perang. Namun celah ini mampu sedikit ditutupi dengan keberadaan mata-mata Baroque Works yang menyusup di kedua kubu. Solusi yang kemudian dihadirkan yakni dengan "menghabisi" otak dari pengadu domba, digambarkan dengan keberhasilan Luffy mengalahkan Crocodile, dilanjutkan dengan kedatangan angkatan laut yang sudah mulai curiga, menangkap Crocodile bersama anak buahnya.

2. Skypiea Arc, Diktator dan Indigenous People

Setelah selesai dengan urusan di Arabasta, Luffy melanjutkan petualangan ke negeri di atas awan, Skypiea. Di negeri ini mereka bertemu denga "Dewa (Kami -Jepang-, God -Inggris, bisa juga diartikan sebagai "Tuhan").  Sebenarnya sebutan "Dewa" ditujukan kepada mereka yang duduk di kursi pemerintahan, namun Oda-sensei memperlihatkan bahwa "Dewa" dalam konteks ini seolah selevel dengan "Tuhan". "Dewa" yang menguasai Skypiea adalah Enel. Ia tinggal di kawasan suci, Upper Yard, yang sebenarnya merupakan pulau di bumi, terlempar ke langit akibat dari knock up steam, yaitu air laut yang memancur ke atas dengan tekanan tinggi akibat dari adanya gua dalam laut yang berisi gas. Upper Yard ini menjadi daerah suci, karena merupakan satu-satunya kawasan bertanah di Skypiea. Kembali ke Enel, ia merupakan "dewa" yang memiliki kekuatan layaknya dewa. Ia pengguna buah setan Goro Goro no Mi yang membuatnya menjadi manusia petir/listrik (Electro di Spiderman, daritadi spiderman melulu hmmm). Kemampuan lainnya adalah Mantra, yang membuatnya bisa merasakan keberadaan yang lain meski jaraknya jauh atau tertutupi objek tertentu. Dalam cerita kemampuan ini lebih digambarkan sebagai kemampuan untuk "mendengar" pikiran, dan Enel mampu melakukannya dalam jarak yang melingkupi seluruh Skypiea. Siapapun yang melawan Enel akan dihukum, dan salah satu hukuman terberatnya adalah mati dengan disambar petir. Karena tidak ada yang mampu menandinginya, kata "Dewa" yang mendekati "Tuhan" yang ditakuti melekat padanya.

Sisi lain cerita, Upper Yard, selama di bumi/daratan mempunyai nama asli Jaya. Pulau ini terdapat suatu kota yang semuanya terbuat dari emas yakni Shandora. Pulau dan kota ini diduduki dan dilindungi oleh suku Shandia, yang akhirnya terusir setelah pulau mereka direbut oleh "Dewa" Skypiea ketika pertama kali tiba di langit (dewanya bukan Enel). Semenjak itu penduduk asli Skypiea bermusuhan dengan Shandia. Di satu sisi penduduk Skypiea sudah menganggap Upper Yard sebagai daerah suci, sedangkan Shandia mempunyai kewajiban untuk melindungi "sesuatu" yang ada di tempat tersebut. 

Luffy dan kawan-kawan pun akhirnya harus menghadapi dewa karena mereka dianggap sebagai kriminal akibat masuk ke Skypiea tanpa membayar retribusi (halah). Bersamaan dengan itu pula suku Shandia melancarkan serangan besar-besaran untuk membunuh Enel dan mengambil kembali Upper Yard. Pertarungan sengit terjadi dan Enel akhirnya mendapat lawan sepadan yakni Luffy. Enel yang begitu kuat dengan kekuatan listriknya tidak mampu mengalahkan Luffy yang merupakan manusia karet, karena dia memakan buah Gomu Gomu no Mi (ingat pelajaran IPA, karet bukan konduktor yang baik untuk listrik). Singkatnya, Enel berhasil dikalahkan namun ia melarikan diri ke Bulan dan Skypiea kembali damai, ditandai dengan bersatunya Skypiea-Shandia.

Kediktatoran dalam politik dunia nyata sudah sering kita lihat contohnya. Mulai dari masa kerajaan masa lalu hingga sekarang ketika negara-negara sudah mulai berdiri. Beberapa diantaranya yang terkenal adalah Adolf Hitler dari Jerman dan Benito Mussolini dari Italia. Di negara kita sendiri, kita juga sempat mengalami masa dimana ketika melawan pemerintah, akan ada "petir yang menyambar". Ya, era Orde Baru sedikit banyak kita merasakan apa yang dirasakan penduduk Skypiea di era Enel. Mungkin bedanya jika Enel jatuh karena bajak laut, sedangkan Soeharto jatuh karena mahasiswa.

Sisi lain dari Skypiea adalah konflik antara penduduk asli dengan pendatang atau penduduk modern dengan penduduk lokal (indigenous people). Agak unik sebenenarnya dalam cerita Skypiea posisi penduduk pendatang justru suku Shandia, yang jika dilihat begitu tradisional dibanding dengan penduduk Skypiea yang sudah modern. Namun yang perlu ditekankan disini adalah konflik yang ada merupakan representasi dari banyak kasus antara penduduk lokal dan juga minoritas lain melawan mayoritas. Perbedaan kepentingan diantara keduanya seringkali menghalangi terjadinya rekonsiliasi. Seringnya penduduk lokal yang hanya ingin mempertahankan tradisi, terhalang ambisi pemerintah yang berkuasa, sehingga memaksa mereka melakukan perlawanan. Dalam cerita Skypiea, suku Shandia ingin merebut kembali kota emas karena memang kewajiban yang diamanatkan mereka adalah melindungi kota itu, Tetapi ini berbenturan dengan kepentingan Enel, yang ingin menggunakan emas tersebut sebagai bahan baku pembuatan kapal terbang untuk menuju ke Bulan. Kasus-kasus semacam ini banyak sekali kita lihat, ketika hak dari penduduk lokal dikorbankan demi ambisi pemerintah, biasanya terkait ekonomi. Seperti yang terjadi di Chili misalnya, ketika suku Mapuche menuntut pemerintah untuk mengembalikan tanah leluhur yang sudah diambil demi memperluas lahan negara. Tuntutan yang tidak mampu dipenuhi secara utuh membuat perlawanan dilancarkan bahkan suku ini sempat dicap sebagai teroris.

Oda-sensei dalam cerita memberikan solusi bahwa untuk mengatasi konflik tersebut dari kedua belah pihak harus sama-sama mengalah, dalam artian sadar bahwa perang tidak membawa manfaat dan persatuan merupakan jalan terbaik. Sikap positif ini dihadirkan dalam kepercayaan jika Upper Yard mulai bernyanyi (lonceng berdering), maka konflik akan berakhir. Dari sini dapat dilihat pentingnya sikap positif dalam menyelesaikan konflik.


3. Water 7-Enies Lobby Arc, Ketakutan Akan Kebenaran Sejarah

Mengapa Crocodile begitu ingin menguasai Arabasta ? Apa "sesuatu" yang harus dilindungi suku Shandia? Bukan minyak, bukan emas tetapi sejarah. Ya, dalam cerita One Piece dikenal adanya Poneglyph, sebuah batu yang sulit dihancurkan, berbentuk kubus, dan di sisi-sisinya terdapat tulisan kuno yang berisi cerita masa lalu. Semacam prasasti jika di Indonesia. Sejarah menjadi salah satu daya tarik terkuat cerita di One Piece, dan Oda-sensei dengan apik menunjukkan betapa sejarah bisa menjatuhkan siapapun, sejarah itu menakutkan !!

Luffy dan kawan-kawan pergi ke Water 7, sebuah pulau mirip kota Venice yang dihuni oleh pengrajin kapal terbaik di dunia. Tujuannya jelas, untuk memperbaiki kapal mereka yang rusak sekaligus mencari kru baru yang mempunyai keahlian sebagai pengrajin kapal. Berbekal emas hasil "merampok" di Upper Yard, Luffy mendatangi Galley-La, satu-satunya perusahaan kapal disana, yang dimiliki oleh walikota Water 7, yakni Iceburg. Walikota ini bukanlah sembarang orang. Tidak hanya karena ia merupakan pengrajin terbaik, ia juga menjadi incaran pemerintah dunia. Alasannya karena ia memiliki cetak biru dari senjata masa lalu (Ancient Weapon) yang didapatkan dari Tom, gurunya, yang merupakan pengrajin kapal pembuat kapal Oro Jackson milik Gol D. Roger. Karena ia menolak memberikan cetak biru tersebut kepada pemerintah, upaya pembunuhan pun dilakukan. Upaya ini dilakukan oleh agen rahasia pemerintah yakni Chiper Pol 9 (CP9) yang menyamar menjadi pekerja Galley-La dengan melakukan seting tertentu memanfaatkan keberadaan kelompok Luffy sekaligus menggunakan salah satu anggotanya, yakni Nico Robin.

Nico Robin merupakan salah satu tokoh sentral dalam arc ini. Robin masuk dalam DPO (daftar pencarian orang) milik pemerintah dunia, dengan tebusan 79 juta bery (mata uang dalam cerita), atau dengan kata lain kriminal kelas kakap. Predikat kriminal sudah didapatnya semenjak umur 8 tahun. Apa yang membuatnya menjadi kriminal di usia sedini itu?

Robin berasal dari Ohara, sebuah pulau yang terkenal dengan orang-orangnya yang sangat peduli akan sejarah. Banyak diantara orang di Ohara menjadi arkeolog, termasuk orang tua Robin. Salah satu misi besar dari arkeolog Ohara adalah memecahkan kebenaran yang tertulis pada Poneglyph, terutama kebenaran tentang Void Century (Era Kekosongan). Tidak ada yang pernah mengetahui apa yang terjadi di era ini karena sejarah dunia yang tertulis dimulai semenjak berdirinya pemerintah dunia. Selain itu Poneglyph juga menulis tentang senjata pemusnah masal dari masa lalu. Atas alasan inilah pemerintah dunia memberikan larangan untuk mempelajari Poneglyph dan akan menghukum siapa saja yang melanggarnya.

Akibat dari aturan itu, arkeolog Ohara mempelajarinya secara diam-diam. Robin, yang ditinggal pergi orang tuanya yang berkelana mencari Poneglyph, berusaha menjadi seorang arkeolog juga sekaligus belajar membaca Poneglyph. Pemerintah mulai mencurigai Ohara dan mulai memeriksa pulau tersebut. Hingga akhirnya diketahui bahwa ada Poneglyph yang sedang dipelajari dan arkeolog mulai mengetahui kebenaran dari sejarah yang ditutupi pemerintah dunia, pulau tersebut pun dibumi hanguskan. Robin berhasil selamat setelah ditolong oleh Saul, mantan Wakil Laksamana Angkatan laut yang membantu membebaskan Olvia, ibu Robin, dan Kuzan, Laksamana Angkatan Laut yang merupakan teman Saul. Robin pun berkelana untuk menghindari pemerintah hingga akhirnya sempat bergabung bersama Crocodile demi bisa membaca Poneglyph.

Kembali ke cerita awal, Robin pun ditangkap oleh CP9 bersamaan dengan Franky, teman dari Iceburg yang diamanahkan untuk mengamankan cetak biru. Mereka di bawa ke Enies Lobby, Pulau Kebijaksanaan. Sebelum nantinya dipenjara, Robin diminta memecahkan misteri dari cetak biru senjata tersebut, karena dialah satu-satunya manusia yang bisa membaca huruf Poneglyph. Singkat cerita Luffy beserta krunya pergi ke Enies Lobby untuk menyelamatkan Robin dan Franky. Momen heroik yang tak terlupakan adalah ketika hendak menyelamatkan Robin, salah satu kru membakar bendera pemerintah dunia. Hingga akhirnya cetak biru dibakar oleh Franky, pertaringan epik terjadi antra kru Topi Jerami melawan agen CP9. Kapal perang angkatan laut pun datang untuk menghancurkan pulau karena kedatangan Luffy dkk. Luffy berhasil menang dan menyelamatkan Robin.

Sejarah, sekalipun sudah terlewati, ia bisa saja merusak yang terjadi sekarang ataupun yang akan terjadi nanti. Kebenaran dari sejarah, selalu mempunyai peluang untuk menudukkan kekuasaan yang berlangsung, apalagi jika kekuasaan tersebut didapatkan dengan cara memanipulasi kebenaran yang ada. Ketakutan bahwa sejarah akan mencoreng nama dari penguasa merupakan kisah nyata yang banyak menjadi kajian politik. Contoh mudah ambil saja dari Indonesia, tentang kebenaran kejadian 1965. Komunisme semenjak itu menjadi musuh Indonesia, dan mereka yang terlibat atau berkaitan, atau dianggap seperti itu, dibunuh. Beberapa orang mencoba melihat sisi lain diluar versi pemerintah mengenai kejadian itu, salah satunya Joshua Oppenheimer. Melalui kedua filmya, yakni Jagal dan Senyap, Joshua mencoba menampilkan sisi lain dari pembantaian massal yang terjadi pada massa itu. Kebenaran yang coba ditunjukkan oleh Joshua jelas mendapat pertentangan. Beberapa acara nonton bareng film tersebut, digrebek oleh oknum tertentu, entah mengatas namakan apa. Kebenaran begitu ditakuti, karena kebenaran akan membawa perubahan, dan bagi sebagian orang kebenaran akan mengancam kenyamanannya, kekuasaannya.  

Dalam cerita One Piece, ketakutan pemerintah akan Poneglyph sebenarnya disebabkan karena di dalamnya tertulis sisi gelap pemerintahan dunia yang selama ini ditutupi. Hipotesis dari ketua arkeolog Ohara, Profesor Clover, cukup menarik, yakni sejarah yang tertulis di Pongelyph ditulis oleh orang yang "kalah", dan mereka menulis itu untuk memberikan kebenaran kepada yang hidup di masa depan, sebagai perlawan terhadap "musuh" mereka di masa lalu. "Musuh" yang sebenarnya. Yang menjadi menarik adalah selama ini kita mendengar bahwa sejarah ditulis oleh mereka yang "menang". Oda-sensei mencoba memutar pernyataan ini dengan menarik, bahwa sejarah justru ditulis sebagai bentuk perlawanan. Sejarah, menjadi suatu kekuatan yang begitu ditakuti, melebihi senjata pemusnah massal. Mempertahankan rahasia negara terkadang lebih penting daripada mempertahankan sumber daya alam, sumber daya manusia, ataupun hal lain yang tidak berkaitan. Ilmuwan, di satu sisi bisa menjadi teman bagi penguasa, tetapi di satu sisi juga ancaman terbesar yang dapat menjatuhkan. Mari ingat kata-kata paman Ben Parker dari Spiderman, "With great power come great responsibilites", dengan kekuatan yang besar datang pula tanggung jawab yang besar. Di setiap tanggung jawab yang besar, resiko yang ditanggung besar pula.


Mungkin sekian dulu untuk bagian awal dari sisi serius yang bisa kita pelajari dari One Piece. Kekaguman saya terhadap karya ini salah satunya karena begitu kuatnya background intrik politik yang dibawa. Masih ada lagi beberapa kaitan antara One Piece dan politik yang nanti akan disambung ke bagian kedua, sekaligus membahas ide besar Oda-sensei mengenai konsep pemerintahan dunia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar